Misteri Penghitungan UTBK SNBT dengan Sistem IRT: Antara Persepsi, Rumor, dan Realitas

Misteri penghitungan nilai UTBK SNBT dengan sistem IRT: pahami logikanya, bukan rumusnya. Fokuslah pada strategi dan usaha terbaikmu.
gambar misteri penghitungan utbk snbt dengan sistem IRT

Setiap tahun, jutaan siswa di seluruh Indonesia menantikan hasil UTBK SNBT (Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes) dengan jantung berdebar. Bukan hanya karena hasilnya menentukan apakah mereka bisa melangkah ke perguruan tinggi negeri impian, tapi juga karena satu hal yang sampai kini masih menjadi misteri: bagaimana sebenarnya sistem penilaiannya bekerja, terutama yang disebut “IRT”.

IRT singkatan dari Item Response Theory adalah istilah yang sering muncul dalam berbagai forum, video YouTube, dan grup diskusi siswa. Namun sayangnya, justru karena sistem ini bersifat kompleks dan tidak dijelaskan secara terbuka secara mendetail oleh lembaga resmi, banyak interpretasi dan “teori konspirasi akademik” bermunculan di kalangan peserta.

Artikel ini akan membahas apa itu IRT, bagaimana penghitungan nilai yang beredar di masyarakat, serta bagaimana sebaiknya peserta memahami sistem ini tanpa perlu terjebak dalam kecemasan atau perdebatan tanpa ujung.

1. Latar Belakang: Mengapa UTBK Menggunakan Sistem IRT

Sebelum UTBK, sistem seleksi masuk PTN menggunakan metode penilaian sederhana: skor benar = poin, salah = 0, dan dari situ dihitung total nilai. Namun sistem ini dianggap belum cukup adil karena soal tidak selalu memiliki tingkat kesulitan yang sama.

Misalnya, dua peserta sama-sama menjawab 60 soal benar. Tapi:

  • Peserta A mengerjakan banyak soal sulit,
  • Peserta B hanya benar di soal-soal mudah.

Apakah keduanya pantas mendapatkan nilai akhir yang sama?
Jawabannya — menurut logika IRT — tidak.

IRT dirancang untuk mengukur kemampuan seseorang berdasarkan tingkat kesulitan soal yang dijawab benar, bukan sekadar jumlah jawaban benar. Sistem ini sudah lama digunakan di berbagai ujian internasional seperti GRE, GMAT, dan TOEFL, dan sekarang diadopsi juga untuk UTBK SNBT agar hasil lebih objektif dan komparatif.

2. Apa Itu IRT (Item Response Theory) di UTBK SNBT?

Secara sederhana, IRT bekerja berdasarkan tiga parameter soal:

  1. Parameter a (discrimination): Seberapa baik soal mampu membedakan antara peserta pintar dan kurang pintar.
  2. Parameter b (difficulty): Seberapa sulit soal tersebut.
  3. Parameter c (guessing): Peluang menjawab benar karena “tebakan”.

Dari ketiga parameter itu, sistem akan membuat kurva yang menggambarkan kemungkinan seorang peserta dengan kemampuan tertentu menjawab soal dengan benar.
Jadi, nilai akhir bukan hanya berapa banyak soal yang benar, tapi juga soal mana yang benar.

Sebagai contoh:

  • Menjawab benar 10 soal mudah bisa jadi nilainya hanya 500,
  • Tapi menjawab benar 10 soal sulit bisa menghasilkan 650 atau lebih.

3. Rumor dan Penghitungan IRT untuk UTBK yang Beredar di Masyarakat

Karena sistem ini tidak dijelaskan secara rinci ke publik, muncullah berbagai versi “penghitungan IRT” yang viral di media sosial dan forum siswa. Berikut beberapa di antaranya:

a. Teori 1: Nilai Tertinggi Ditarik ke 1000

Menurut versi ini, setiap subtes (misalnya Penalaran Umum, Literasi, atau Pengetahuan Kuantitatif) dinormalisasi sehingga nilai tertinggi menjadi 1000 dan nilai terendah sekitar 200–300.
Rumus yang beredar biasanya seperti ini:

Nilai = (Skor peserta / Skor tertinggi) × 1000

Masalahnya, rumus ini terlalu sederhana dan tidak mencerminkan parameter IRT. Ia lebih mirip sistem skor relatif (norm-referenced) daripada IRT yang berbasis model statistik probabilistik.

b. Teori 2: Bobot Soal Mudah–Sedang–Sulit

Versi lain mengatakan setiap soal memiliki bobot:

  • Mudah = 1 poin
  • Sedang = 2 poin
  • Sulit = 3 poin

Total poin kemudian dikonversi ke skala 0–1000.
Meski terdengar logis, IRT tidak menghitung dengan bobot tetap seperti itu, melainkan berdasarkan kurva probabilitas.
Jadi, soal sulit yang benar bisa memberi “bonus nilai” besar hanya jika model statistik menunjukkan bahwa soal itu jarang dijawab benar oleh peserta berkemampuan rata-rata.

c. Teori 3: Sistem Komputer Menentukan “Tingkat Kemampuan”

Ada juga rumor yang menyebutkan bahwa sistem IRT langsung menghitung kemampuan (ability) seseorang dalam satuan logit (log odds unit). Misalnya:

Kemampuan = 0,75 logit → Nilai 650
Kemampuan = 1,25 logit → Nilai 720

Ini lebih dekat dengan konsep sebenarnya, karena IRT memang menghasilkan parameter kemampuan individu (θ / theta) yang kemudian dikonversi ke skala nilai UTBK.
Namun, angka konversinya tetap rahasia dan tidak diumumkan secara resmi oleh Panitia SNPMB.

d. Teori 4: Sistem Adaptif (Mirip CAT di TOEFL)

Beberapa siswa percaya bahwa IRT di UTBK bekerja seperti Computer Adaptive Test (CAT), di mana soal akan menyesuaikan tingkat kesulitan berdasarkan jawaban sebelumnya.
Padahal ini tidak benar.

UTBK masih menggunakan paket soal tetap, bukan sistem adaptif. Artinya, semua peserta di satu sesi mendapatkan kombinasi soal yang sudah disetujui sebelumnya, bukan “soal berubah sesuai performa”.

Belajar Sama Bimbel Lavender Try Outnya pakai SIstem IRT

4. Mengapa Sistem IRT Tidak Dijelaskan Secara Terbuka?

Ada dua alasan utama mengapa formula detail IRT UTBK tidak dibuka ke publik:

  1. Mencegah manipulasi.
    Jika rumus persisnya diketahui, peserta atau lembaga bimbel bisa “bermain strategi nilai” bukan “strategi belajar”.
  2. Kompleksitas matematis.
    IRT bukan sistem linier sederhana. Ia melibatkan perhitungan logistik dan model estimasi parameter yang rumit, membutuhkan ribuan data respon dan algoritma maksimum likelihood.
    Dengan kata lain, meski dijelaskan pun, hanya sedikit orang yang bisa benar-benar memahami rumusnya secara utuh.

Karena itu, penjelasan publik biasanya hanya sampai pada level konsep, bukan rumus detail.

5. Kesalahan Umum Peserta dalam Menyikapi Sistem IRT

Munculnya banyak teori ini menimbulkan efek psikologis yang tidak sehat di kalangan peserta. Beberapa contoh kesalahannya antara lain:

  1. Terlalu fokus pada “rumus nilai”, bukan pada kemampuan.
    Peserta sibuk menebak apakah soal sulit lebih “worth it” daripada soal mudah, sehingga kehilangan fokus untuk menjawab benar.
  2. Merasa “dirugikan” oleh sistem.
    Ada yang berpikir: “Aku ngerjain 60 soal, kok nilainya cuma 590, tapi teman cuma 55 benar dapat 620?”
    Padahal perbedaan itu bisa disebabkan oleh variasi kesulitan soal dan distribusi respon nasional.
  3. Menganggap hasil UTBK bisa ditebak.
    Padahal, hasil akhir baru diketahui setelah seluruh peserta selesai ujian dan sistem menganalisis jutaan data respon.

6. Filosofi di Balik IRT: Mencari yang Paling Layak

Pada dasarnya, sistem IRT dibuat untuk menyeleksi dengan lebih adil, bukan lebih membingungkan.

Bayangkan sebuah lomba lari:

  • Ada yang berlari di jalan datar, ada yang menanjak, ada yang menurun.
  • Jika hanya dihitung dari waktu tempuh, hasilnya tidak adil.
  • Tapi jika dihitung berdasarkan kondisi lintasan dan usaha yang dibutuhkan, maka hasilnya lebih representatif.

Demikian pula UTBK SNBT.
IRT memastikan bahwa nilai bukan sekadar hasil banyaknya soal benar, tetapi potret kemampuan berpikir dan menyelesaikan soal dengan tingkat kesulitan yang bervariasi.

7. Jadi, Apa yang Harus Dilakukan Peserta SNBT?

Mengingat sistem IRT begitu kompleks dan tidak mungkin diprediksi secara akurat, maka fokus peserta seharusnya bukan pada bagaimana nilai dihitung, tetapi bagaimana cara mengoptimalkan performa saat ujian.

Berikut prinsip-prinsip penting yang perlu dipegang:

a. Kerjakan yang Mudah Terlebih Dahulu

IRT memang menghargai soal sulit, tapi nilai tinggi tidak akan datang kalau soal mudah saja banyak salah.
Strateginya: amankan poin dari soal mudah dan sedang, baru kemudian tantang diri dengan yang sulit.

b. Jangan Panik dengan Soal Sulit

Soal sulit justru bisa menjadi penentu nilai tinggi jika benar, tapi bukan berarti harus dipaksakan.
Lebih baik benar 80% soal yang bisa kamu kerjakan dengan yakin daripada 50% nebak soal sulit.

c. Pahami Bahwa Ini Bukan Permainan “Hoki”

IRT bukan sistem acak. Ia menghitung berdasarkan data besar, bukan keberuntungan.
Peserta dengan pola jawaban konsisten dan logis akan lebih diuntungkan daripada peserta yang menebak asal-asalan.

d. Jangan Berdebat tentang “Keadilan Wasit”

Banyak siswa kecewa karena merasa sistemnya tidak adil. Namun, dalam seleksi sebesar UTBK, yang penting bukan adil menurut persepsi kita, tetapi objektif menurut data.
Tugas peserta adalah bermain dengan baik, bukan mempersoalkan wasit.

8. Penutup: IRT dan Esensi dari Sebuah Seleksi

Sampai hari ini, misteri penghitungan nilai UTBK SNBT dengan sistem IRT memang belum sepenuhnya terungkap. Tidak ada rumus resmi yang bisa diakses publik, dan berbagai versi “rumus viral” yang beredar di internet hanyalah interpretasi dari para pengamat atau peserta sebelumnya.

Namun justru di situlah letak pentingnya pemahaman:
IRT bukan musuh, melainkan alat untuk memastikan bahwa yang diterima di perguruan tinggi negeri adalah mereka yang benar-benar punya kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah dengan efektif.

Jadi, daripada sibuk mencari tahu bagaimana nilai dihitung, lebih baik fokus pada bagaimana caramu berpikir dan menjawab dengan benar. UTBK SNBT bukan tentang siapa yang paling pintar dalam menebak sistem, tapi siapa yang paling siap menghadapi tantangan akademik — dengan tenang, cermat, dan konsisten. Pada akhirnya, yang menentukan bukan rumus IRT, tapi kualitas usahamu saat mengerjakan soal. Karena seleksi ini tidak mencari yang “beruntung”, melainkan yang terbaik di antara yang berjuang

Share:

More Posts

Bimbel Lavender merupakan bagian dari PT Lavender Bina Cendikia Tbk adalah perusahaan bidang Pendidikan bimbingan belajar dan konseling swasta di Indonesia.

Informasi terkait
Kevin: 0812-9100-1570
Nazwa: 0821-7416-0040

 

PT. Lavender Bina Cendikia Tbk
https://lavenderbinacendikia.id/

Office Suite Taman Melati Lantai 8, Jl. Margonda No.525A, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424

Cek via Gmaps
Telp: 02129503963