Setiap tahun, ribuan siswa SMA di seluruh Indonesia bersaing ketat untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) impian mereka. Jurusan seperti Kedokteran, Teknik Informatika, Hukum, dan Manajemen masih menjadi primadona. Tak sedikit siswa yang rela mengorbankan minat pribadi hanya demi mengejar jurusan yang dianggap “punya prospek kerja bagus” atau “bergengsi”.
Padahal, jika kita melihat lebih dalam, setiap jurusan di PTN sebenarnya memiliki peluang masa depan yang sama—asalkan dijalani dengan semangat, pemikiran terbuka, dan kemauan untuk terus belajar. Dunia kerja hari ini tidak lagi menilai seseorang hanya dari jurusannya, tetapi dari cara berpikir, kemampuan beradaptasi, dan keterampilan yang dimiliki.
- 1. Dunia Kerja Sudah Berubah: Gelar Tak Lagi Menentukan Profesi
- 2. Semua Jurusan di PTN Dibuka Karena Punya Peran dan Potensi
- 3. Kuliah Itu Tentang Cara Berpikir, Bukan Sekadar Ilmu di Kelas
- 4. Ubah Pola Pikir: Jangan Takut Memilih Jurusan yang Sepi
- 5. Jurusan Sepi Bukan Berarti Tidak Menjanjikan
- 6. Dunia Digital: Peluang Terbuka untuk Semua Latar Belakang
- 7. Kesimpulan: Semua Jurusan PTN Layak Dihormati
1. Dunia Kerja Sudah Berubah: Gelar Tak Lagi Menentukan Profesi
Berdasarkan hasil survei yang dikutip dari Kompas.com (7 November 2022), sebanyak 80 persen mahasiswa bekerja tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya. Angka ini menunjukkan bahwa keterkaitan antara jurusan kuliah dan pekerjaan kini semakin longgar.
Ada empat alasan utama mengapa banyak lulusan akhirnya bekerja di bidang yang berbeda:
- Pasar kerja yang dinamis, di mana peluang kerja berkembang lebih cepat daripada sistem pendidikan.
- Minat baru yang muncul setelah lulus, membuat seseorang berpindah bidang.
- Kebutuhan ekonomi, yang membuat lulusan memilih pekerjaan yang lebih cepat menghasilkan.
- Peluang digital dan wirausaha, yang membuat batas antara jurusan dan profesi semakin kabur.
Artinya, jurusan bukan penentu masa depan, tetapi kualitas pribadi dan kemampuan beradaptasi yang jauh lebih penting.
Contohnya, banyak lulusan Sastra yang kini bekerja di dunia digital marketing, lulusan Biologi yang sukses di bidang UX research, atau lulusan Fisika yang berkarier sebagai data analyst. Hal ini membuktikan bahwa keterampilan bisa dipelajari lintas bidang, asal seseorang mau berkembang dan tidak membatasi diri pada label jurusan.
2. Semua Jurusan di PTN Dibuka Karena Punya Peran dan Potensi
Banyak siswa sering bertanya, “Jurusan ini prospeknya bagus nggak?” atau “Nanti kerja di mana kalau ambil jurusan itu?” — seolah-olah masa depan sudah ditentukan dari nama jurusan di ijazah.
Padahal, setiap jurusan di PTN dibuka bukan tanpa alasan. Di balik setiap program studi, ada kebutuhan sosial, ilmiah, dan ekonomi yang ingin dijawab oleh bangsa ini.
Berikut contoh gambaran kontribusi berbagai jurusan:
- Jurusan Filsafat, Sosiologi, dan Antropologi
Membangun cara berpikir kritis dan empati sosial—keterampilan yang sangat dibutuhkan di dunia bisnis, pemerintahan, dan media. - Jurusan Pertanian, Kehutanan, dan Peternakan
Mempersiapkan SDM yang mampu menjaga ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Di era krisis iklim, bidang ini justru semakin strategis. - Jurusan Seni, Desain, dan Sastra
Menjadi penggerak industri kreatif yang kini menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia. - Jurusan Teknik, Sains, dan Matematika
Menghasilkan inovasi teknologi yang menopang infrastruktur dan transformasi digital. - Jurusan Ekonomi, Hukum, dan Ilmu Politik
Mencetak pemimpin dan pembuat kebijakan yang memahami dinamika sosial dan ekonomi bangsa.
Jadi, tidak ada jurusan yang “tidak punya masa depan”. Yang ada hanyalah mahasiswa yang tidak sungguh-sungguh menekuni bidangnya.
3. Kuliah Itu Tentang Cara Berpikir, Bukan Sekadar Ilmu di Kelas
Salah satu kesalahan umum siswa SMA adalah menganggap kuliah sebagai tempat “belajar hal teknis untuk kerja”. Padahal, kuliah justru lebih menekankan proses berpikir ilmiah, kemampuan analisis, dan cara menyelesaikan masalah.
Lulusan perguruan tinggi disebut “sarjana” bukan karena hafal teori, tapi karena mampu berpikir sistematis, rasional, dan terbuka terhadap ide baru. Inilah yang membuat gelar sarjana menjadi simbol perubahan cara berpikir, bukan sekadar bukti menguasai satu bidang.
Mari kita ambil contoh nyata:
- Seorang sarjana Sosiologi mungkin tidak bekerja sebagai peneliti, tetapi kemampuan analisis sosialnya bisa membuatnya unggul dalam memahami perilaku konsumen di perusahaan startup.
- Lulusan Fisika mungkin tak bekerja di laboratorium, tapi keterampilannya dalam berpikir logis dan memecahkan masalah membuatnya sukses sebagai data scientist.
- Lulusan Bahasa Inggris bisa berkarier di dunia pariwisata, penerbitan, atau bahkan menjadi content strategist karena kemampuan komunikasinya.
Dari sini kita belajar bahwa kuliah bukan hanya tentang “apa yang dipelajari”, tetapi “bagaimana cara berpikir setelah mempelajarinya”.
4. Ubah Pola Pikir: Jangan Takut Memilih Jurusan yang Sepi
Salah satu tantangan terbesar siswa saat mendaftar SNBT adalah rasa takut memilih jurusan yang “sepi peminat”. Banyak yang berpikir, “Kalau sepi, berarti nggak bagus” atau “Takut nanti kerja di mana”. Padahal, justru jurusan yang sepi kadang menyimpan peluang besar dan persaingan yang lebih ringan.
Bayangkan jika semua orang hanya ingin masuk ke jurusan Manajemen atau Kedokteran—tentu jumlah lulusan akan jauh melebihi kebutuhan pasar. Sebaliknya, bidang-bidang yang jarang dilirik seperti Arkeologi, Oseanografi, atau Teknik Geofisika justru memiliki spesialisasi yang sangat dibutuhkan, terutama oleh lembaga penelitian, industri eksplorasi, atau instansi pemerintahan.
Lagipula, bekerja di masa depan tidak hanya bergantung pada “judul jurusan”. Dengan keterampilan tambahan, sertifikasi, dan pengalaman, seseorang bisa membangun karier di bidang apa pun.
Jadi, jangan takut memilih jurusan yang tidak populer. Jangan pula memilih karena gengsi.
Pilihlah yang membuat kamu suka mempelajarinya, karena semangat itu yang akan membawamu bertahan dan berkembang.
5. Jurusan Sepi Bukan Berarti Tidak Menjanjikan
Untuk memperkuat keyakinan ini, mari lihat beberapa contoh nyata dari dunia kerja:
- Lulusan Arkeologi UGM banyak yang bekerja di bidang digital preservation, museum curator, hingga konsultan budaya.
- Lulusan Bioteknologi kini diburu oleh industri kesehatan dan pangan modern.
- Lulusan Ilmu Perpustakaan bertransformasi menjadi data librarian dan content manager di perusahaan teknologi.
- Lulusan Geografi banyak yang sukses sebagai GIS (Geographic Information System) analyst di perusahaan energi dan agrikultur.
Semua contoh di atas menunjukkan bahwa tidak ada jurusan yang “salah pilih”—yang salah adalah tidak pernah berusaha menemukan peluang dalam bidang yang dipilih.
6. Dunia Digital: Peluang Terbuka untuk Semua Latar Belakang
Era digital membawa perubahan besar dalam cara kita bekerja. Banyak profesi baru muncul tanpa mensyaratkan jurusan tertentu. Contohnya:
- Content Creator
- Data Analyst
- UI/UX Designer
- Copywriter
- Digital Marketer
- Project Manager
Untuk menjadi salah satu dari profesi di atas, yang dibutuhkan bukan jurusan tertentu, tapi kemauan belajar, portofolio, dan kemampuan berpikir kritis.
Itulah sebabnya banyak perusahaan besar kini lebih memprioritaskan soft skills seperti komunikasi, problem solving, dan kreativitas dibanding IPK tinggi semata.
7. Kesimpulan: Semua Jurusan PTN Layak Dihormati
Mari kita ubah cara pandang:
- Tidak ada jurusan yang lebih “bernilai” dari yang lain.
- Tidak ada masa depan yang ditentukan oleh nama fakultas di ijazah.
- Tidak perlu gengsi memilih jurusan yang sedikit peminat.
Yang penting adalah kualitas berpikir dan semangat belajar setelah menjadi mahasiswa. Karena dunia kerja akan terus berubah, dan satu-satunya yang bertahan adalah mereka yang mau tumbuh dan beradaptasi.
Penutup: Jadi, Pilihlah PTN dengan Hati, Bukan Karena Gengsi
Kalau kamu sedang mempersiapkan diri untuk SNBT atau seleksi masuk PTN, jangan biarkan tekanan sosial menentukan pilihanmu.
Ambil jurusan yang benar-benar membuatmu tertarik belajar, bukan yang “katanya menjamin masa depan”.
Ingat, data Kompas.com sudah jelas: 80 persen orang bekerja tidak sesuai jurusan.
Artinya, masa depan tidak ditentukan oleh jurusan, tetapi oleh cara kamu menghadapi hidup setelah kuliah.
Jadi, jangan takut memilih jalur yang berbeda. Jangan takut menjadi “minoritas” di jurusan yang jarang dilirik.
Karena pada akhirnya, yang paling penting bukan di mana kamu belajar, tetapi bagaimana kamu berpikir, bertumbuh, dan berkontribusi setelah menjadi sarjana.
💡 Pesan dari Kak Sa’ad:
Saat kamu nanti mengenakan toga dan menjadi sarjana, bukan gelar yang membedakanmu, tapi cara berpikirmu yang matang dan kemauanmu untuk terus belajar.
Semua jurusan punya masa depan—asal kamu mau membuka pikiran dan hati untuk menjalaninya.
Kak Sa’ad
Arif Saadilah adalah seorang alumnus Universitas Indonesia (UI) yang telah menyelesaikan gelar Sarjana (S1) dalam bidang Fisika dan gelar Magister (S2) dalam bidang Teknik Metalurgi Material di UI. Sejak tahun 2011, Arif Saadilah telah berperan sebagai pengajar di berbagai bimbingan belajar di seantero Depok, utamanya bimbingan masuk PTN. Namun sejak 2016 – 2020 memutuskan bergabung menjadi pembimbing kelas (pendamping sekaligus pengajar di kelas Amazing Camp) Bimbingan Belajar Lavender (Bimbel Lavender) dalam mata pelajaran Fisika, Materi SNBT (Pengetahuan Kuantitatif dan Penalaran Matematika), dan Matematika Dasar.



